Posted by : ELIZABETH T Rabu, 13 April 2011

Kontestan SMPN 1 Jambi (Jessica, Anggi, Rara, dkk) pada FLS2N-Lomba Seni Musik Tradisionil, 
12 April 2011

by:
Elizabeth T, S.Si, M.Pd



Festival Lomba Seni Siswa Nasional yang biasa disingkat dengan FLS2N adalah program rutin tahunan dari Direktorat Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional.  Lomba seni yang dimulai dari seleksi tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, propinsi, hingga Nasional ini sedang berlangsung di Kota Jambi.  Pada tanggal 12 April 2011 barusan, bertempat di SMPN 8 Kota Jambi,  lomba FLS2N seleksi tingkat Kota digelar serta diikuti oleh puluhan instansi sekolah baik jenjang SD maupun SMP.  Pada event rutin Diknas ini, diperlombakan 11 mata lomba seni mulai dari seni musik, seni suara, bahasa (puisi, cerpen, gambar seri, storry telling), seni kriya, seni lukis, dan seni baca Alquran. 


 FLS2N – SENI Seberapa Pentingkah?
Secara substansi filosofis, pendidikan olahraga dan seni merupakan bagian dari kurikulum sekolah. Adanya event lomba seperti ini akan mengakomodir seluruh potensi kecerdasan siswa termasuk kecerdasan olahraga dan seni seperti yang dikemukakan oleh Howard Gardner.  Seringkali hanya dengan belajar dalam ruang kelas, guru-guru cenderung menilai siswa berdasarkan kecerdasan akademik saja.  Sebagian besar image para pendidik berorientasi hanya pada siswa dengan ranking 10 besar saja adalah siswa yang pintar dan rajin. Sementara masih ada ke-9 kecerdasan lain yang dimiliki siswa yang karena kurang terfasilitasi maka potensi siswa tidak tergali  maksimal.  Adanya event FL2SN dianggap moment yang tepat sehingga setiap siswa yang memiliki kecerdasan seni dapat memiliki momentum untuk mengeksplorasi bakatnya serta berpartisipasi meraih prestasi bagi sekolahnya masing-masing.  Di samping itu, event FLS2N ini dapat merupakan barometer sejauh manakah pembinaan seni di sekolah sudah dilaksanakan.  Belajar tak hanya penilaian pada ranah kognitif namun belajar sesungguhnya merupakan proses yang menilai seluruh aspek keterampilan yang dimiliki siswa.  Selain itu Walikota Jambi, dr R Bambang Priyanto pada kesempatan pembukaan FLS2N dan O2SN mengatakan bahwa melalui kegiatan seni, siswa diharapkan mampu mengasah kepekaan hati dan nurani yang pada akhirnya akan memberikan dampak pada peningkatan kualitas diri. “Memperhalus budi pekerti dan tingkah laku. Untuk itu juga diperlukan wahana bagi pengembangan kreativitas dan potensi siswa pada bidang seni,” harapnya.
Hidup FLS2N !!


SMPN 1 JAMBI RAIH JUARA 2 SENI MUSIK TRADISIONIL- FLS2N KOTA 2011
Pada kesempatan kali ini, SMPN 1 berhasil meraih  juara 2 lomba seni musik tradisionil pada ajang FLS2N Tingkat Kota yang diadakan di SMPN 8 Kota Jambi pada tanggal 12  April 2011 barusan.  Di bawah bimbingan Ibu Is guru Seni Budaya di SMPN 1 Jambi, para peserta yang terdiri dari kelas 7 dan kelas 8 ini berlatih rutin hampir tiap hari demi mempersiapkan lomba.  Berbagai alat musik tradisionil dilatih baik alat musik melodis meliputi gesek dan geser (biola dan accordion) maupun alat musik perkusi tradisionil Jambi.  Di samping menciptakan paduan alat musik yang ditabuh menghasilkan harmonisasi yang indah, para peserta juga menyanyikan lagu daerah Jambi sambil memainkan alat musik.  Sungguh suatu kreativitas yang perlu selalu dibekalkan pada  siswa karena melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill, HOTS). Siswa tak hanya meniru, menyalin, mencontoh, atau sejenisnya namun juga diberi kesempatan menciptakan, mengcreate sesuatu, memroduksi sesuatu.  Inilah life skill yang penting dibekalkan pada generasi penerus bangsa.


SENI DAN KESEIMBANGAN OTAK
Lalu mengapa seni?  Banyak orang berpikir bahwa seni itu bakat. Tanpa bakat seni tak mungkin orang dapat mempelajari seni.  Cara berpikir demikian sangat salah.  Memang mempelajari seni khususnya seni musik akan lebih maksimal jika dimulai pada usia dini (5-6 tahun), namun bukan berarti bahwa orang tak bisa mempelajari seni pada usia setelah itu.  Kecenderungan pendidikan yang lebih berfokus pada konten akademik khususnya sains, matematika, hafalan, dsb menyebabkan otak anak Indonesia cenderung hanya berkembang sebelah (otak kiri) saja.  Akibatnya harus jujur diakui bahwa salah satu indikator untuk hal ini adalah anak Indonesia masih kurang kreatif, kurang ekspresif, sulit mengemukakan ide baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, enggan melakukan penelitian dibandingkan negara lain. Sementara seni khususnya seni musik akan menyeimbangkan pertumbuhan otak kanan.  Mengapa?  Tentu saja karena memainkan musik dengan indah harus menggunakan perasaan - alam otak kanan.  Artinya mempelajari seni terutama seni musik akan  memberikan keseimbangan otak kanan dan otak kiri. Untuk itu perlunya pelajaran seni yang terintegrasi dalam kurikulum pendidikan mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA harus mendapat perhatian yang seimbang dari pihak sekolah dan guru.  Niscaya, mempelajari musik dengan latihan yang konsisten disertai bimbingan guru seni maka siswa akan dapat menggali sekaligus menumbuhkan potensi seni yang dimilikinya. 
Suatu film Perancis berjudul Les Choristes (2004) berkisah tentang kehidupan di sekolah khusus anak nakal.  Ternyata  keindahan musik dapat mengalahkan kekerasan. Dalam film yang mendapat beragam penghargaan internasional bergengsi itu diceritakan bagaimana bocah-bocah nakal itu akhirnya menjadi “jinak” setelah belajar menyanyi.  Bukankah manusia dilahirkan dengan diiringi sebuah nyanyian?  Tangisan bayi pertama kali ketika ia lahir ke dalam dunia ini merupakan sebuah nyanyian yang keluar dari hati.  Nyanyian yang indah.  Ini adalah anugerah Tuhan, janganlah kita tak menggunakannya.  Sementara itu banyak penelitian yang membuktikan bahwa musik memberikan banyak manfaat kepada manusia. Antara lain merangsang pikiran, memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, dan membangun kecerdasan emosional (EQ). Musik menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri sehingga menyeimbangkan aspek intelektual dan emosional. Baik IQ dan EQ perlu berjalan seimbang.  Penelitian juga banyak membuktikan bahwa orang-orang sukses di dunia ini adalah orang yang justru memiliki EQ lebih tinggi ketimbang IQ nya. 


SENI DAN PENDIDIKAN HUMANIS
Dalam bukunya, Driyarkara seorang filosof pendidikan menuliskan bahwa pendidikan adalah “humanisasi”, yaitu sebagai media dan proses pembimbingan manusia muda menjadi dewasa, alias menjadi lebih manusiawi.  Apakah yang terjadi saat ini?  Pendidikan kita cenderung berjalan ke arah dehumanisasi.  Pendidikan formal di Indonesia kurang menekankan keseimbangan antara aspek intelektual dan emosi karena hanya menekankan perkembangan intelektual.  Guru dan orangtua sebagian besar bangga dan berfokus pada ranking alias juara di kelas setelah penerimaan raport.  Aspek-aspek lain justru sering terabaikan.  Keadaan ini bertolak belakang dengan apa yang pernah dikemukakan oleh Suwardi Suryaningrat alias KH Dewantara sebagai pelopor Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta.  Beliau mengemukakan bahwa pengajaran adalah merupakan usaha mendidik murid supaya dapat berperasaan, berpikiran, dan bekerja merdeka di dalam batas-batas tujuan mencapai tertib damainya hidup bersama.  Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila pendidikan  seni turut memberi kontribusi tercapainya pendidikan humanis di negeri ini. Siswa yang terbiasa mendapatkan pendidikan seni (khususnya musik) akan tumbuh menjadi manusia yang berpikiran logis, cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan, mempunyai empati, bertindak sopan santun, sehingga siswa dapat menyalurkan emosinya secara positif untuk mencegah terjadinya tindak kekerasan. Tentu saja hal ini tak lupa peran serta orangtua dalam memberikan dukungan bagi perkembangan seni anak-anak mereka.  Akhirnya, kerjasama yang baik antara pihak sekolah, orangtua, pemerintah, dan masyarakat turut menciptakan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang meningkat.  Marilah berbuat untuk anak negeri, walau sedikit namun perjuangan tak pernah sia-sia! AMIN.




- Copyright © 2015 Elizabeth's Blog - Powered by Blogger - Template by Djogz -