Posted by : ELIZABETH T Sabtu, 21 Maret 2009



-->

 

Berbagai alasan dan alergi muncul ketika sebagian dari kita dihadapkan pada keharusan untuk menulis suatu kegiatan tertentu, membuat laporan, menulis karya ilmiah baik berupa PTK dan lainnya. Sementara merujuk pada pasal 4 UU 20/2003 tentang SISDIKNAS yang menuangkan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu hal yang dibahas adalah pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Sudah seharusnya sebagai guru harus mencintai kegiatan membaca dan menulis demi mendukung visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan visi pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF (Insan Kamil / Insan Paripurna).
Mengapa Menulis??
Lalu mengapa menulis??? Jika banyak orang yang memilih uang dan kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain, tidak demikian seyogyanya bagi seorang guru. Melalui tulisan, kita bisa mempengaruhi orang. Sebagai guru yang nota bene “digugu lan ditiru” diharapkan kaya dengan berbagai ide bagaimana dapat mempengaruhi peserta didik, rekan sejawat, kaum praktisi pendidikan, bahkan masyarakat kendati guru bukanlah decision maker di negeri ini. Banyak fakta dan pengalaman menyatakan bahwa melalui tulisan, banyak kehidupan orang-orang di dunia ini dapat diubahkan. Begitu besar pengaruh tulisan bagi pembaca. Sebut saja Kiyosaki dengan bukunya yang terkenal Rich Dad Poor Dad yang digunakannya untuk ”mempengaruhi orang” untuk melihat pentingnya memiliki semangat wirausaha.
R.A. Kartini juga menggunakan tulisan untuk mempengaruhi orang lain agar mau memberi kesempatan yang sama pada wanita untuk mengecap pendidikan, suatu dampak abadi yang kita rasakan sepanjang masa. Berbagai organisasi pemuda sejak zaman pergerakan nasional awal abad ke-20, sebut saja Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) dengan ketua Drs.Mohammad Hatta menerbitkan majalah Indonesia Merdeka. Melalui majalah ini perjuangan dan tujuan PI diketahui rakyat Indonesia. Parindra, Partai Indonesia Raya dengan tokoh-tokoh utamanya yang menulis di majalah Panyebar Semangat yang menyebarluaskan cita-cita mencapai Indonesia merdeka. Max Havelaar, buku yang ditulis oleh Douwes Dekker sehingga sistem tanam paksa tahun 1800 an dihapuskan di bumi Indonesia oleh penjajah Belanda.
Tulisan juga bisa digunakan sebagai sarana berbagi pengalaman. Seperti yang dituliskan oleh Susan K Perry, orang tua Lo Dietrich sangat terpukul ketika sang anak didiagnosa mengidap cystik fibrosis sejak bayi.
Ketika Lo mencapai usia 15 tahun, orang tua Lo telah banyak membaca buku dan literatur mengenai penyakit langka tersebut sehingga mereka memutuskan untuk menuliskan buku tentang penyakit tersebut.
Dalam buku ini orang tua Lo membagikan pengetahuan tentang penyakit Cystic fibrosis, dan pengalaman mereka merawat Lo yang terserang penyakit ini sejak bayi. Mereka mengharapkan bahwa orang tua lain dengan pengalaman dan penderitaan yang sama dapat menimba manfaat dari buku tersebut. Inilah yang memberi kepuasan bagi orang tua Lo sebagai penulis buku tersebut.
Didera penderitaan luar biasa dengan siksaan dan isolasi dari dunia luar selama bertahun-tahun, bisa membuat seseorang hilang ingatan. Tapi ini tidak terjadi pada Wei Jingsheng yang dipenjara dan diisolasi selama 18 tahun. Ia tetap bertahan melalui tulisan. Dengan tulisan yang diselundupkan ke luar penjara, ia masih bisa berkomunikasi dengan keluarga tercinta. Dengan tulisan tersebut ia juga bisa menyampaikan kepada dunia tentang penderitaan yang dialaminya.
Tulisan ini juga akhirnya mampu membebaskannya dari penderitaan. Tulisan tersebut telah membuat dunia memberi tekanan pada pemerintah di negaranya untuk membebaskan Wei Jingsheng.
Untuk hidup abadi, seseorang tidak perlu obat-obatan ataupun kekuatan magis, yang diperlukan adalah kekuatan tulisan yang dapat mengabadikan karya dan pemikiran dari penulis. HC Andersen, dengan cerita-cerita dongeng klasik yang ditulisnya, tetap hidup sampai sekarang. Sutan Takdir Alisyahbana, Chairil Anwar, dan Muhammad Hatta sampai sekarang pun tetap abadi melalui hasil tulisan mereka berupa buku roman klasik, kumpulan puisi, dan buku-buku pemikiran ekonomi.
Yang jelas, selain manfaat kepuasan dan manfaat non-material lainnya, tulisan yang dimuat di media atau yang dipublikasikan dalam bentuk buku dapat memberi manfaat finansial bagi si penulis. Steven Covey dengan seri buku pengembangan dirinya seperti Seven Habits of Highly Effective People, Paul Ormerod dengan bukunya yang kontroversial The Death of Economics, Joseph Stiglitz dengan bukunya yang penuh kejutan Globalization and Its Discontents, telah mengalirkan banyak keuntungan bukan saja bagi penulisnya, tapi juga bagi penerbit buku-buku tersebut.
Tulisan memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Tulisan dapat menggulingkan sebuah rezim, tulisan dapat mencegah perang, tulisan dapat membangkitkan semangat hidup, tulisan dapat menyelamatkan nyawa, tulisan dapat mengasah otak, tulisan juga dapat mendatangkan rejeki. Dengan demikian begitu banyak manfaat yang dapat dipetik dari sebuah tulisan, mulai dari proses menulis, kebiasaan menulis, dan dampak menulis bagi diri sendiri dan orang lain.

Bagaimana Memulai Menulis??
Berikut adalah tips mudah untuk memulai menulis:
1. Miliki motivasi
Segala sesuatu tanpa motivasi dan tujuan ibarat bermain bola tanpa gawang. Sebelum memulai, tanyakan pada diri sendiri apa motivasi dan tujuan menulis. Dengan itu kita dapat siap menghadapi kesulitan dan tidak mudah menyerah sebelum tulisan selesai.
2. Segera memulai menulis sekarang juga.
Jika telah menetapkan motivasi dan tujuan menulis, jangan ditunda lagi. Segeralah menulis! Jangan tunggu sampai besok untuk menulis. Ide ada di mana saja, segera tangkap dan wujudkan dalam tulisan. Kesulitan yang terbesar adalah justru bukan pada saat menulisnya namun saat memulai kegiatan menulis.
3. Jangan mudah putus asa
Menulis memang tidak mudah. Apalagi dengan sistem pendidikan yang masih sebagian besar bersifat teacher centered, kesempatan berekplorasi bagi peserta didik sangat kecil. Jarang siswa yang dapat dengan mudah mengungkapkan ide, gagasan, suara, bahkan kritikannya kepada orang lain. Budaya kita masih saja cenderung ABS (asal bapak senang). Fakta menyatakan bahwa menulis merupakan hal yang sulit dan tidak biasa bagi kita. Menulis merupakan suatu proses. Untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermanfaat, diperlukan ketekunan untuk terus memperbaiki tulisan tersebut. Ibarat makin tinggi jam terbang seorang pilot maka semakin mahir menulis. Oleh karena itu dibutuhkan pengalaman, latihan, dan kesabaran.
4. Jadikan menulis sebagai agenda setiap hari
Seperti halnya kebutuhan makan, jadikan menulis sebagai kegiatan dan kebutuhan setiap harinya. Tidak harus menyita banyak waktu, segala kegiatan dapat diagendakan setiap hari, setiap ide, pendapat, cita-cita kita dapat ditulis, demikian juga kejadian setiap hari dapat ditulis dalam sebuah buku harian. Atau bagi seorang guru, segala kegiatan belajar mengajar dalam kelas, baik proses maupun kendala yang dihadapi dapat dicatat dan dan dijadikan sebuah karya tulis ilmiah. Disiplin waktu dan komitmen menulis ini akan melatih kita dalam proses belajar menulis.
5. Manfaatkan media yang ada.
Pada waktunya, tulisan kita tentu tidak hanya menjadi konsumsi bagi diri sendiri. Tulisan kita harus dapat menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, di baca orang lain, dan bermanfaat bagi mereka. Ini juga merupakan ibadah kita. Bagaimana caranya agar tulisan kita dapat dibaca banyak orang? Adanya era globalisasi seperti saat sekarang, orang tidak lagi dibatasi oleh jarak dan waktu dalam berkomunikasi. Dunia maya yang serba electronic, serba net dapat kita manfaatkan dengan cara mengirim hasil tulisan kita melalui email baik ke media surat kabar, majalah, buletin, baik cetak maupun elektronik. Selain itu, adanya media internet yang saat ini sedang marak, kita dapat membuat blog, face book, web site dan menulis di situ. Dalam hal ini penulis telah membuat blog pendidikan yang berisi berbagai kegiatan pendidikan yang diikuti penulis. Blog tersebut beralamat di www.eliz70.blogspot.com Melalui media berbasis internet ini, tulisan kita dapat tersebar dan mendapat tanggapan dari pembaca, sebagai masukan terhadap pandangan kita yang tercurah dalam tulisan tersebut sehingga tulisan kita bertambah kaya lagi.
6. Membaca akan mempermudah menulis
Banyak orang tidak menyadari betapa membaca dan menulis memiliki hubungan yang erat. Membaca memerlukan menulis dan menulis memerlukan membaca. Hal tersebut dapat dirumuskan bahwa kegiatan membaca yang tidak diikuti dengan kegiatan menulis akan menjadikan kegiatan membaca itu tidak menghasilkan manfaat langsung dan nyata. Sebaliknya, kegiatan menulis yang tidak diawali dengan kegiatan membaca, maka inspirasi, ide, gagasan sulit muncul sehingga menulis merupakan kegiatan yang begitu membosankan. Membaca adalah memasukkan sebanyak mungkin kata-kata ke dalam diri pembaca dan memperluas wawasan, sementara menulis adalah mengeluarkan pengetahuan dan pengalaman dalam bentuk kata-kata. Semakin banyak dan beragam buku yang dibaca, semakin kaya dan beragam pula simpanan kata di dalam diri kita. Hal ini akan memudahkan kita untuk menulis.
Kiat Menulis Sukses
Bagi seorang yang telah membiasakan dirinya untuk terus menulis, tentu tidak saja berhenti sampai di sini. Menjadi penulis profesional hendaknya merupakan cita-cita yang pantas diperjuangkan. Tak seorang pun menolak sukses. Tanpa kerja keras, tanpa komitmen, disiplin dan pengorbanan maka sukses hanyalah sebuah mimpi. Mengetahui pangsa pasar kebutuhan apa yang sedang dicari orang pada suatu moment, adalah hal yang harus dilakukan agar tulisan kita bermanfaat. Penulis-profesional harus mau dan mampu “membaca” pasar. Dengan banyak membaca buku-buku apa saja, di mana saja, kapan saja, berinteraksi dengan milis-milis dan beragam weblog yang menjamur di internet. Rakus membaca buku sebanyak mungkin adalah salah satu kunci-utama menjadi penulis sukses di zaman sekarang.
Sebut saja Andrea Hirata, pengarang novel-best seller legendaris dalam sejarah perbukuan di Indonesia yaitu *Laskar Pelangi*, tentang apa yang membuatnya sukses, dia menjawab pendek, “Membaca.” Andrea memang mengaku tidak banyak membaca karya sastra. Dia baru membaca karya sastra setelah Laskar Pelangi jadi. Sebelum menciptakan *Laskar Pelangi*, dia mengaku banyak membaca buku-buku sains, ekonomi, dan juga
jurnal-jurnal ilmiah yang memperkaya dirinya. Andrea Hirata, sebelum menjadi penulis, sesungguhnya adalah manusia yang memang “rakus membaca”. Perhatikan sebuah adegan di sebuah halaman di *Laskar Pelangi* berikut ini:
“Buku itu kugenggam erat di atas pangkuanku dan aku segera menyadari bahwa seluruh kehidupan dewasaku telah terinspirasi oleh buku kumal yang selalu kubawa ke mana-mana itu. Dulu, ketika frustrasi karena berpisah dengan A Ling, maka pesona Desa Edensor, Taman Daffodil, dan jalan pasar berlandaskan batu-batu bulat, serta hamparan sabana di bukit-bukit Derbyshire telah menghiburku. Kemudian pada masa dewasa ini, ketika kehidupanku di Bogor berada pada titik terendah, aku perlahan-lahan bangkit juga karena semangat yang dipancarkan oleh Herriot, sang tokoh utama buku itu. Seperti ajaran Pak Harfan, Bu Mus, dan Kemuhamadiyahan, Herriot juga mengajariku tentang optimisme dan bagaimana harus berjuang untuk meraih masa depanku.”
“Seminggu setelah kulemparkan naskah bulu tangkisku ke Kali Ciliwung, aku membaca sebuah pengumuman beasiswa pendidikan lanjutan dari sebuah negara asing. Aku segera menyusun rencana C, yaitu aku ingin sekolah lagi! Kemudian setelah itu tak ada satu menit pun waktu kusia-siakan selain untuk belajar. *Aku membaca sebanyak-banyaknya buku*. Aku membaca buku sambil menyortir
surat, sambil makan, sambil minum, sambil tiduran mendengarkan wayang golek di radio AM. Aku membaca buku di angkutan umum, di dalam jamban, sambil mencuci pakaian, sambil dimarahi pelanggan, sambil disindir ketua ekspedisi, sambil mengikuti upacara Korpri, sambil menimba air, atau sambil memperbaiki atap bocor.
“Bahkan aku membaca sambil membaca. Dinding kamar kosku penuh dengan grafiti rumus-rumus kalkulus, GMAT, dan aturan-aturan *tenses*. Aku adalah pengunjung perpustakaan LIPI yang paling rajin dan *shift* sortir subuh yang dulu sangat kubenci, sekarang malah kuminta karena dengan demikian aku dapat pulang lebih awal untuk belajar di rumah. Jika beban pekerjaan demikian tinggi, aku membuat resume bacaanku dalam kertas-kertas kecil. Inilah teknik jembatan keledai yang dulu diajarkan Lintang kepadaku. Kertas-kertas kecil itu kubaca sambil menunggu ketua pos menurunkan kantong-kantong surat dari truk.” (*Laskar Pelangi*, hlm. 458-459)
Intinya adalah dibutuhkan kreativitas dalam menulis, ide-ide yang inovatif, kepiawaian mencuri moment yang sedang bergerak di sekitar kita, dan yang memang merupakan kebutuhan urgent para pembaca. Mungkin saja materi yang disajikan bukan “baru” namun gaya mengemas tulisan merupakan inovasi yang unik, dan mampu menggelitik keingintahuan para pembaca.
Manfaat menulis
Selain melatih kebiasaan menuangkan ide secara sistematis, menulis juga mengasah kemampuan berpikr tingkat tinggi (menganalisis, mengevaluasi, mensintesis), termasuk berargumentasi, serta meningkatkan ketajaman persuasi. Bahkan terkait dengan kesehatan, menurut James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology yang melaporkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara fisik. Hal ini disebabkan tulisan dapat digunakan menjadi saluran perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran secara fisik dan mental.
Bagi guru sendiri, dengan rajin menulis dapat menjadi tambahan portofolio yang akan meningkatkan angka kredit sehingga peluang sertifikasi guru lebih mudah, membuka kesempatan kenaikan pangkat dan golongan yang akan mengantarkan guru menjadi guru yang profesional, bermartabat dan sejahtera.
Marilah kita mulai dan terus mencoba menyisihkan waktu sekaligus memupuk kebiasaan menulis…………………………………………………...

- Copyright © 2015 Elizabeth's Blog - Powered by Blogger - Template by Djogz -