Posted by : ELIZABETH T Minggu, 30 November 2008




(Elizabeth bersama Bapak Nana Suryana dari SFTI)
Rabu, 26 November; udara dingin dan mendung menghiasi awan di kota Jambi ketika pesawat Batavia Air bersiap untuk take off dengan tujuan Jakarta tepat pukul 12.15 WIB. Keberangkatan Penulis kali ini hendak mengikuti Kongres Guru Indonesia di Balai Kartini Jakarta pada tanggal 27-28 November 2008. Kongres KGI 2008 yang mengambil tema Think Global Act Local ini diadakan oleh Sampoerna Foundation yang dikelola oleh SFTI bekerjasama dengan event organizer Pharmaco serta Depdiknas dan berbagai sponsor seperti Exxon Mobil, Credit Suisse, RS Siloam Hospitals, Gulaku,Kompas, Metro TV, Hero, bpmigas, ABC Radio Australia, Giant, Guardian, Plaza Senayan, Mal Taman Anggreak,FIF dan lain-lain.
Penulis tiba di Jakarta pukul 13.20 WIB dan langsung dijemput Panitia yang kemudian membawa Penulis menuju Hotel Kartika Candra di Jalan Gatot Subroto. Memasuki lobby hotel tampak jejeran meja Panitia tempat melakukan registrasi dan pembagian kamar. Segera Penulis menuju kamar 225 yang sangat nyaman.
Tepat pukul 18.00 WIB Penulis menghadiri acara dinner bersama para pemakalah yang berasal dari berbagai bidang pendidikan dan instansi masing-masing baik dalam maupun luar negeri. Dengan dipandu oleh moderator dari Pharmaco, kata sambutan disampaikan oleh Mr Kenneth Cock selaku direktur ITSF diikuti perkenalan singkat para pemakalah dan moderatornya masing-masing. Acara berlangsung cukup akrab dan santai. Selesai dinner, tepat pukul 20.00 WIB bus membawa rombongan pemakalah meninjau lokasi di balai Kartini. Gerimis rintik-rintik menghiasi langit. Gedung mewah besar dan comfortable ini dilengkapi dengan berbagai ruangan tempat dilaksanakannya sesi-sesi.

Sesampai di ruang Panitia berkumpul para operator laptop dan kami segera melakukan konfirmasi kelengkapan file slide presentasi yang akan dibawakan keesokan harinya. Pada event kali ini pemakalah diwajibkan mengcopy pada laptop panitia dan tidak dianjurkan untuk membawa laptop sendiri mengingat terbatasnya waktu presentasi dan demi efektifitas penyajian. Pukul 21.15 WIB rombongan tiba di hotel, saat yang tepat untuk Penulis beristirahat….

Kamis, 27 November 2008; memasuki gedung balai Kartini, ruang auditorium Nusa Indah sudah banyak para undangan yang sibuk melakukan registrasi ulang. Gedung besar dan luas tersebut padat didatangi sekitar seribu orang yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan dari seluruh Indonesia hadir untuk mengikuti kongres. Pameran pendidikan pun menggelar stand yang turut meramaikan acara. Tepat pukul 08.15 WIB acara pembukaan dimulai dengan terlebih dahulu peserta menikmati persembahan lagu daerah khas Jawa tengah yang dibawakan oleh guru-guru Sekolah Global Jaya. Kostum kebaya berwarna kuning keemasan dan blankon khas Jawa Tengah menambah rasa kagum terhadap kayanya aneka ragam budaya bangsa. Apalagi di antara penyanyi tersebut terdapat warganegara asing yang menunnjukkan kekaguman terhadap budaya bangsa Indonesia. Pukul 08.45 acara kongres pun dibuka dan diresmikan oleh Mendiknas Prof. Dr. Bambang Soedibyo, MBA yang dalam hal ini diwakili oleh Dirjen PMPTK Bapak Dr. Badoewi. Dalam sambutannya beliau mengemukakan amanat dari Mendiknas yaitu bahwa guru berperan vital dalam membimbing, mengajar, mengevaluasi proses pembelajaran bagi siswa sehingga sudah seharusnya pemerintah dan swasta bekerjasama untuk selalu meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru seperti yang diadakan oleh Sampoerna Foundation pada event kali ini. Dalam sambutannya juga, Mendiknas mengungkapkan bahwa sebagus apapun kurikulum dan perencanaan sebaik apapun namun kualitas pendidikan tetap tergantung pada mutu guru. Bahkan menurut UNESCO, tergantung pada karakter personal, prospek, motivasi, kesejahteraan, dan keterampilan guru-guru yang memang harus selalu ditingkatkan. Artinya tanpa guru yang memiliki kompetensi dan profesionalisme guru yang tinggi maka upaya peningkatan pendidikan sulit dicapai. Oleh karena itu Mendiknas sangat bangga terhadap upaya berbagai usaha oleh PGRI, Ikatan Sarjana Indonesia dan lembaga pendidikan swasta serta pemerhati pendidikan lainnya banyak melakukan terobosan dalam meningkatkan wawasan, ketrampilan dan profesionalisme guru. Lebih lanjut Mendiknas berharap hendaknya ini diteruskan oleh stake holder dan pemangku pendidikan lainnya. Di akhir sambutannya mendiknas menyatakan bahwa di tengah era global, krisis multi dimensi secara global maka kegiatan nyata pendidikan dapat dimaknai dan memberi kontribusi positif dalam meningkatkan mutu guru di Indonesia.

Selesai pembukaan, segera masuk pada 4 sesi plenary yang dibawakan oleh para pakar pendidikan baik dalam dan luar negeri antara lain Ediberto C. de Jesus selaku President of Southeast Asian Ministers of Education Council (SEAMEO), Jim Dellit dari Adjunct Senior Research fellow Division of Education , Art and Social Sciences, University of South Australia, Edy Tri Baskoro dari BSNP Depdiknas serta 10 sesi paralel yang dibawakan oleh pemakalah baik dari kalangan guru, kepala sekolah maupun praktisi pendidikan baik dalam dan luar negeri. Presentasi makalah berlangsung di ruang Mawar 1,2, Raflesia 1, 2 serta auditorium Nusa Indah. Peserta kongres dapat memilih sendiri topik makalah yang mereka sukai dan dibutuhkan. Pada sesi ini Penulis mendapat kesempatan membawakan makalah berhudul Media Animasi dan Web Site: Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Berbasis Problem dengan dipandu moderator Nana Suryana salah satu staff ITSF.

Pada keesokan harinya, Jumat, 28 November 2008 acara kongres dilanjutkan dengan 2 sesi plenary. Kali ini dibawakan oleh Prof S. Gopinathan dari Associate Dean, Centre for Research in Pedagogy and Practice, Nanyang Technology University Singapore. Beliau mengangkat tema tentang Globalization and Its Implications to New Learning Insights from Research and Practice. Sementara rektor Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta Dr. Jonathan L.Parapak M.Eng.Sc juga berbicara tentang The Role of ICT in Improving Access and Quality of Education. Intinya adalah bagaimana mempersiapkan peserta didik agar membekali mereka dalam menghadapi tuntutan dunia di abad 21 di era global ini. Adanya perbedaan dunia pada masa mereka dengan ditunjang munculnya era informasi, ekonomi global akan memicu timbulnya gesekan di antara perbedaan-perbedaan tersebut. Oleh karena itu dengan tetap mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada siswa maka niscaya mereka dapat hidup bersama di tengah kemajuan teknologi. Hal ini merupakan salah satu amanat UNESCO yaitu learning to live together. Selain itu kompetensi baik penguasaan bahasa Inggris dan ICT juga harus dikuasai peserta didik dalam menghadapi tuntutan era digital saat ini.

Menjelang pukul 17.00 WIB acara kongres ditutup oleh Bapak Drs. Noor Zaman selaku kasubdit Direktorat Pembinaan SMA Depdiknas. Dalam salah satu pernyataannya beliau menyinggung gaji pokok guru minimal 2 juta rupiah sebagai salah satu perwujudan penghargaan dan perlindungan dan kesejahteraan guru yang telah berusaha meningkatkan profesionalismenya. Pernyataan beliau langsung disambut tepuk tangan meriah dari para peserta. Di penghujung acara, Direktur ITSF Bapak Kenneth Cock menutup acara serta mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh Panitia dan staff ITSF yang telah bekerja keras demi suksesnya acara ini. Dengan saling berjabat tangan dan mengucapkan “selamat, anda seorang guru” maka acara pun berakhir.

Hasil kongres berupa konsensus yang dibuat oleh komitmen seluruh peserta yang menyebutkan bahwa baik guru dan sekolah bersama-sama berupaya untuk menciptakan guru yang inspiratif, mengoptimalkan penggunaan TIK, sekolah yang berkualitas, sekolah yang memberdayakan masyarakat dan menyiapkan serta membekali guru dengan keterampilan abad 21….. Semoga...pendidikan kita semakin maju...!

- Copyright © 2015 Elizabeth's Blog - Powered by Blogger - Template by Djogz -