Posted by : ELIZABETH T Senin, 29 September 2008


Liana Amanda bersama ibu Elizabeth



Era globalisasi pendidikan merupakan tantangan bagi guru bagaimana mempersiapkan peserta didik agar mempunyai kompetensi yang dapat dijadikan daya saing di ajang kompetisi baik dalam negeri ataupun luar negeri. Tentunya sebelum go to nasional maka prestasi di area regional yaitu propinsi Jambi harus sudah bisa dibuktikan. Sebelum ke regional, mestinya juga sudah patent di tingkat sekolah… di bidang apa pun…yang siswa sukai..pasti dapat mencetak prestasi..!! Inilah salah satu bukti pembimbingan peserta didik hingga mencapai suatu prestasi oleh guru sebagai wujud nyata profesionalitas dan dedikasinya dalam dunia pendidikan.


Sebagai contoh salah satu kegiatan ekstrakurikuler di SMA Xave-1 ini adalah pembinaan pengembangan diri bidang sains baik kimia, biologi, matematika, fisika, astronomi, geobumi, komputer maupun social science yaitu ekonomi. Cabang sains ini diperlombakan setiap tahun mulai dari tingkat kabupaten/kota, tingkat propinsi, nasional bahkan internasional dalam wadah OSN (olimpiade sains nasional), suatu agenda rutin dari Diknas Pusat Jakarta. Jika dibilang gengsi-gengsi annya maka OSN ini adalah ajang kompetisi sains paling bergengsi di Indonesia dalam arti melibatkan siswa terbaik dari seluruh propinsi di Indonesia, dihadiri presiden atau wapres atau paling tidak Mendiknas pasti hadir untuk membuka dan menutup acara. Dari tingkat kesulitan soal yang dilombakan adalah di atas SMA (materi perguruan tinggi gitu loh). Oleh karena itu, baik persiapan materi, mental dan strategi sudah seharusnya dilakukan di awal tahun ajaran (bulan September) gitu sampai menjelang test seleksi. Di SMA Xave, kegiatan ini berlangsung dalam program kegiatan ekstrakurikuler pembinaan olimpiade sains. Untuk bidang kimia dibimbing oleh ibu Elizabeth dengan jadwal kegiatan rutin tiap hari Jumat pagi sekitar pukul 11.00 WIB di labor IPA Terpadu SMA Xave. Siapa pesertanya? Tentunya siswa SMA Xave -1 kelas X dan XI juga, namun agar hasil pembinaan lebih optimal maka diharapkan siswa yang mengikuti pembinaan OSN Kimia ini memiliki nilai matematika minimal 80. Kenapa? Pada dasarnya hitungan soal-soal kimia yang dikerjakan banyak bersifat nalar, logika yang membutuhkan kecerdasan berpikir dan menganalisis dan bukan sekedar menghafal. Mengerjakan soal-soal dengan jenis seperti ini banyak sekali dibantu jika siswa sudah biasa, sering dan lancar berlatih menyelesaikan soal matematika yang memang membutuhkan penalaran tinggi. Selain itu juga siswa perlu mempunyai komitmen terhadap diri, konsisten dalam belajar, memiliki target untuk menang dan bukan sekedar untuk tambah-tambah ilmu.

OSN kimia SMA Xave -1 sudah berkiprah sejak tahun 2005 (Weli Richartio, medali perunggu dan Leo Fernando, finalis), tahun 2006 (Diana Beauty, finalis), pada 2007 (Siskawati, medali perak dan Tania Desela, finalis) serta tahun 2008 (Liana Amanda, medali perunggu). Memang baru posisi perunggu dan perak yang baru dapat diraih, sementara posisi emas belum dapat digondol tim Xave ini namun masih menjadi harapan yang harus diraih oleh generasi Xave berikutnya….

Bicara mengenai prestasi kimia SMA Xave untuk tahun 2008 ini, khusus pada OSN Kimia Tingkat Kota dan Propinsi tahun 2008, SMA Xave-1 telah banyak mengukir prestasi mulai dari tingkat Kota maupun Propinsi. Liana Amanda, Winston Richartio, Debby Hartopo, Brenda Puspita, Virgo Armando, Widiana Liem (semua kelas XI IPA) dan Martha Gamal mampu menduduki posisi 10 besar tingkat Kota dan Propinsi bahkan sebelum itu mereka juga menunjukkan prestasinya pada olimpiade MIPA Unja 2008 dengan menduduki juara 1 dan 2 serta the Best Chemistry. Demikian juga Piala Bergilir Rektor Unja pada lomba LCTK Kimia 2008 lalu mampu dipertahankan oleh tim Xave ini berkat juara Umum, juara1 dan juara 2 yang diraihnya.

Akhirnya…siapa berakit-rakit ke hulu…berenang-renang ke tepian , siapa
bersakit-sakit dahulu maka akan bersenang-senang kemudian……Siapa menyusul..???


Berikut adalah pengalaman siswa SMA Xave-1 Liana Amanda kelas XI IPA-1 (2007-2008) yang berhasil meraih medali perunggu pada OSN Kimia 2008 di Makasar, bulan Agustus yang lalu. Usaha dan kerja keras akan membuahkan hasil……..!!!
Berikut adalah pengalaman Liana selama mengikuti OSN 2008 pada bulan agustus yang lalu:

Awal mulanya sewaktu masih duduk di kelas X SMA, saya mendengar kabar bahwa ada ekskul untuk olimpiade. Ekskul itu bertujuan untuk mencetak bibit unggul yang mampu untuk bersaing secara kompetitif di bidang studi yang dilombakan. Saya pernah berniat untuk mengikuti olimpiade kimia, tapi saya tidak begitu percaya diri. Akhirnya saya membatalkannya. Lagipula saya sudah terlebih dulu mengikuti olimpiade biologi, ditambah lagi dengan pertimbangan bahwa saya sudah pernah mengikuti MOSI biologi pada tahun 2005. Karena saya tidak begitu berniat mengikuti olimpiade, hanya setengah hati, oleh karena itu saya pun tidak pernah datang mengikuti pembinaan di sekolah. Saat diumumkan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan seleksi olimpiade tingkat kota, saya pun bertekad mengikutinya. Namun, alasan saya berani mengikuti seleksi, karena saya ingin mengetahui seperti apa olimpiade itu, ibaratnya seperti coba-coba saja. Mengikuti seleksinya pun, saya tidak membekali diri dengan materi-materi olimpiade biologi. Terlebih lagi, kurangnya buku-buku yang diperlukan sebagai sarana pendukung.

Beruntung sekali, saya berhasil lolos olimpiade tingkat kota. Saya pun bisa mengikuti pembinaan olimpiade tingkat provinsi, yang jujur saja sangat melelahkan bagi saya saat itu. Pagi hari saya berada di sekolah, SMA Xaverius 1 Jambi, untuk mengikuti ujian kenaikan kelas. Sepulang dari ujian, saya langsung menuju tempat dilaksanakannya pembinaan yaitu SMAN 1 Jambi. Pembinaan dilaksanakan hingga sore. Pulang dari pembinaan, saya pun hanya sempat beristirahat sebentar. Malamnya, bagai dikejar-kejar setan, saya harus belajar lagi, karena esoknya masih ada mata ujian. Oleh karena itulah, saya tidak berniat dan bersemangat untuk lolos ke tingkat selanjutnya.

Naik ke kelas XI SMA di kelas IPA. Kebetulan sekali, yang menjadi wali kelas saya adalah Ibu Elizabeth, pembina olimpiade kimia di sekolah saya. Ibu Elizabeth telah berhasil meloloskan murid-muridnya ke tingkat nasional, dan beberapa di antaranya berhasil mendapatkan medali. Oleh karena itulah, saya sempat “mati kutu” juga diajar kimia oleh Ibu Elizabeth. Apalagi melihat teman-teman saya yang pindah dari IPA ke IPS. Sempat terlintas juga di pikiran saya untuk melakukan hal yang serupa. Tapi untungnya hal itu tidak terjadi.

Pelajaran pertama di kelas, Ibu Elizabeth membahas soal tes masuk jurusan IPA yang lalu. Hari berikutnya, membahas tentang stoikiometri larutan. Kebetulan di kelas saya, ada 3 siswa olimpiade kimia, yang tentunya menurut pandangan saya, pastinya mereka lebih menguasai materi kimia dibanding siswa lain. Saya pun tidak berencana untuk mengikuti olimpiade lagi, walaupun orangtua saya menyarankan saya agar mengikuti bidang lain selain biologi.

Sering kali setelah selesai menjelaskan, Ibu Elizabeth memberikan tes. Tentunya bagi kita yang tidak memahami, akan mengalami kesulitan dalam menjawab dan akhirnya mendapat nilai jelek. Beruntung sekali, saya agak sedikit bisa mengerjakan soal-soal yang ada. Berulang kali seperti itu hingga suatu ketika Ibu Elizabeth menanyai saya apakah saya berniat untuk mengikuti olimpiade kimia? Jujur, saya sangat senang ditanyai seperti itu, tapi saat itu saya tidak berani menjawab karena saya harus mempertimbangkannya baik-baik. Saya pun menceritakannya pada orangtua saya, yang ternyata setuju dengan keputusan saya.

Saya pun memulai hari yang baru, mengikuti pembinaan olimpiade kimia dengan niat dan sepenuh hati. Berbeda dengan tahun sebelumnya, saya lebih enjoy mengikutinya. Mungkin dikarenakan saya sudah menyukai pelajaran kimia sejak kelas X SMA. Apalagi, jika Ibu Elizabeth menceritakan tentang alumni kimia terdahulu, seperti Welly R, Diana Beauty, Siskawati, Tania, terbersit keinginan yang cukup dalam untuk bisa seperti mereka. Bahkan, saya ingin bisa melebihi mereka semua. Untuk mencapai semua itu, tentunya perlu persiapan yang benar-benar matang, baik penguasaan materi dan persiapan mental. Oleh karena itu, di kelas XI ini, saya tidak bisa berleha-leha lagi, dalam jangka waktu kira-kira setengah tahun lebih, saya sudah harus bisa menguasai materi olimpiade. Dan ini merupakan kesempatan terakhir bagi saya untuk berprestasi di olimpiade baik nasional maupun internasional. Apabila saya gagal lolos ke nasional, saya tidak bisa memperbaikinya, karena olimpiade ini khusus untuk siswa SMA kelas XI.

Hampir setiap hari saya belajar kimia, terkadang mengulang-ulang pelajaran yang telah diberikan di sekolah, terkadang lagi saya mengerjakan soal-soal yang lebih beragam. Soal-soal itu saya dapatkan dari buku perpustakaan. Apabila buku itu sudah selesai saya pelajari, selanjutnya saya akan mencari buku lain lagi di perpustakaan. Begitu seterusnya. Tapi tentunya dengan tidak mengabaikan dan melupakan tugas-tugas dan ulangan bidang studi yang lain. Akhirnya, saya bisa mendapatkan predikat Best of Chemistry di kelas. Bagi saya, ini merupakan kejutan dan langkah awal dari semuanya.

Satu semester telah terlewati, namun yang menjadi surprise bagi saya adalah mendapatkan predikat Best of Chemistry dan Best of Science. Ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi saya, namun saya tahu bahwa tidak boleh cepat berpuas diri dan tinggi hati atas apa yang telah diperoleh. Masih ada tujuan saya yang lebih besar dari itu.

Pada semester kedua ini, saya bersama teman-teman saya yang juga telah dibimbing oleh Ibu Elizabeth, mengikuti lomba olimpiade MIPA yang diadakan oleh HMK PMIPA Univ Jambi pada Maret 2008 yang lalu tentunya sangat-sangat senang dan bersyukur bisa meraih juara 1. Namun, saya harus segera menyiapkan diri untuk mengikuti LCTK (Lomba Cerdas Tepat Kimia) V UNJA, yang tentunya harus bisa meraih juara 1 dan mempertahankan piala bergilir. Saat itu saya satu kelompok bersama Brenda Puspita dan Debby Hartopo, teman sekelas saya dari kelas XI IPA-1. Sedangkan yang menjadi juara kedua adalah group Winston Richartio, Virgo Armando dan Widiana Liem. Bersama teman-teman, kami berlatih. Sehari sebelum perlombaan, saya dan teman-teman berlomba sendiri, menjawab soal yang diberikan oleh Ibu Elizabeth. Cukup menyenangkan bagi kami waktu itu. Dengan adanya simulasi seperti ini, tentunya menyiapkan diri kami agar tidak gugup dan jatuh mental saat perlombaan. Beruntung, piala bergilir UNJA masih dapat kami pertahankan. Bahkan, kami meraih predikat juara umum dan 4 juara sekaligus. Kami benar-benar puas saat itu. Rasa letih dan capai telah terbayar.

Namun, saya menyadari bahwa olimpiade belum dimulai, sebab itu saya tidak boleh menjadi sok. Apalagi menjadi tidak mau belajar dan mengulang-ulang pelajaran kimia lagi. Karena kesombongan hanya melahirkan penderitaan.
Terus dan terus berlatih, akhirnya seleksi olimpiade tingkat kota/kabupaten pun tiba. Saya berhasil meraih juara 1 olimpiade tingkat kota/kabupaten. Teman-teman saya yang lain pun berhasil menduduki 8 besar tingkat kota/kabupaten. Pembinaan tahun ini pun juga bersamaan dengan pelaksanaan ujian kenaikan kelas, tapi kali ini, khusus bidang studi kimia dan komputer menjadi tempat dilaksanakannya pembinaan. Mungkin karena saya benar-benar ingin memenuhi target saya, yaitu lolos ke nasional, saya belajar tanpa lelah. Bahkan rasa letih yang ada karena kurang beristirahat pun tidak terasa lagi. Tidak lupa, saya selalu berdoa agar diberikan kesabaran dan ketekunan dalam menjalani ini semua. Dan pada waktu itu pun, saya sedang mengalami banyak masalah dan sempat membuat mental saya down. Syukurlah, saya bisa melewati itu semua dan berhasil lolos ke tingkat nasional.

Selama liburan kenaikan kelas, saya dibekali dengan soal-soal nasional yang saya peroleh dari Ibu Elizabeth. Saya mengerjakannya dan lalu Ibu Elizabeth memeriksanya. Selama itu pula, saya mematangkan materi kimia yang kiranya belum begitu saya kuasai.

Semester baru dimulai. Saya menerima pelajaran yang ada di sekolah sambil terus mempelajari kimia. Walaupun saya sempat kelabakan membagi waktu antara pelajaran sekolah dan kimia. Saya berpikir bahwa dari pembinaan provinsilah saya dapat mempelajari kimia secara total. Tapi, Ibu Elizabeth mengatakan bahwa jangan berharap terlalu banyak dari pembinaan. Itu semua tergantung dari kesiapan materi olimpiade jauh-jauh hari. Ternyata, perkataan Ibu Elizabeth terbukti, hingga saya berangkat ke nasional pun, pembinaan provinsi tidak ada juga. Yang membuat saya pusing waktu itu, karena tidak adanya kesiapan materi praktikum. Apalagi, materi praktikum olimpiade belum pernah diajarkan di sekolah-sekolah dan tergolong materi khusus. Akan tetapi,dua hari sebelum keberangkatan ke Makassar, Ibu Elizabeth telah mengusahakan agar saya bisa melakukan praktikum kromatografi lapis tipis (TLC) dan pembuatan aspirin. Sekolah saya dan SMAN 1 lah yang membiayai praktikum ini. Saya bersama Diana Rahmah melakukan praktikum bersama-sama di Laboratorium IPA SMA Xaverius 1. Praktikum memakan waktu yang cukup lama, dari pukul 9 hingga 3 sore. Pulangnya, saya langsung beristirahat. Praktikum ini dibimbing oleh ibu Halimah dari Univ Jambi yang merupakan mantan finalis olimpiade sains kimia tingkat Nasional tahun 2003.
Hari keberangkatan semakin dekat. Saat-saat saya harus menjaga kondisi fisik jasmani, pikiran dan mental dengan baik. Saya pun tidak memaksakan diri dengan belajar mati-matian hingga tidak beristirahat, karena saya tahu bahwa itu hanya akan memberatkan fisik dan mental saya. Yang tentunya berakibat tidak baik untuk saya. Sebelum berangkat, saya sempat melakukan refreshing dengan bermain game di komputer. Saya pun hanya membawa buku-buku yang kiranya diperlukan, seperti yang disarankan oleh Ibu Elizabeth dan orangtua. Namun, tak disangka, buku yang sedikit itu pun ternyata memenuhi 1 tas saya. Apabila saya mengingat kembali, saya merasa lucu. Buku yang sedikit itupun sudah memenuhi 1 tas, apalagi kalau saya membawa semua buku saya?
Jumat, 8 Agustus 2008 pukul 4.45 kami berangkat dengan Batavia Air menuju Jakarta. Kali ini keberangkatan kami tidak didampingi oleh Ibu Elizabeth dikarenakan beliau sedang mengikuti event lomba tingkat Nasional di Jakarta pada hari yang bersamaan. Oleh karena itu kali ini tim kimia didampingi oleh Ibu Sri Wahyuningsih, guru Kimia dari SMAN 1 Jambi yang juga berangkat bersama Diana Rahmah, peserta bidang kimia peingkat kedua dari SMAN 1 Jambi. Karena jadwal penerbangan kami yang menuju Makassar adalah penerbangan terakhir, maka kami harus transit terlebih dahulu di Jakarta. Hari yang sangat melelahkan, ditambah rasa ngantuk yang menghujam. Saya ingin sekali tidur walaupun sebentar, tapi itu tidak mungkin dilakukan. Saya pun telah mencoba untuk tidur di pesawat, apa daya tak bisa juga saya terlelap. Kami sampai di bandara Hasanuddin, Makassar dini hari, kira-kira pukul 2.30 WITA. Lantaran kami belum dijemput, kami pun masih harus menunggu di bandara. Saya tidak begitu ingat dengan jelas pukul berapa kami dijemput dengan bus. Bus tersebut yang mengantar kami semua ke hotel masing-masing. Saya sampai di hotel kira-kira pukul 4.30 WITA. Saya tidak bisa tidur karena pukul 6 kami sudah harus berkumpul di bawah untuk sarapan. Pukul 7 barulah berangkat ke tempat pembukaan OSN VII. Saya juga tidak sempat untuk sarapan, hanya memakan beberapa suap bubur ayam. Sampai di Gubernuran, kami masih harus antri berdiri di depan gerbang sambil disengat panasnya matahari. Manakala waktu itu saya berada dalam kondisi kelaparan, saya juga sempat was-was, takut bila sakit maaq saya kambuh. Saya berkumpul bersama-sama dengan siswa komputer dari Jambi. Kami semua berada dalam kondisi yang sama, ngantuk dan letih. Saya pun tidak menikmati acara pembukaan lagi. Saya sempat tertidur di kursi. Beruntung saya dapat tertidur pada saat itu, paling tidak itu sedikit menyegarkan tubuh saya yang kelelahan.
Pulang dari acara pembukaan, langsung menuju ke hotel dan makan siang di dalam bus. Saya masih mencoba untuk mempelajari materi praktikum yang kiranya diuji besok, sedangkan kedua teman sekamar saya tidur dengan pulasnya. Malamnya, diadakan Technical Meeting sekitar pukul 8 WITA. Pak Riwandi selaku ketua tim juri menjelaskan secara teknis pelaksanaan ujian. Ternyata, hari pertama diadakan tes teori. Terang, kami semua berteriak histeris dan kaget karena seharian ini semuanya pada bersantai-santai. Kontan, kami semua merasa tidak siap untuk mengerjakan soal tes teori esoknya. Namun, Pak Riwandi mengatakan bahwa siapa yang sudah menyiapkan dirinya dari jauh-jauh hari, pasti akan dapat mengerjakan dengan baik. Hal ini cukup membuat saya syok dan jatuh mental. Saya sempat berpikiran bahwa perjuangan saya sudah berakhir di sini saja. Ingin rasanya menangis waktu itu saking tidak tahunya harus berbuat apa. Setelah berbincang-bincang dengan mama saya via telepon, barulah saya menjadi tenang. Yang harus saya lakukan adalah memberikan yang terbaik. Caranya adalah dengan mengerjakan soal-soal tes teori semampunya dan sebaiknya.

Tes Teori berlangsung selama 4 jam. Awalnya saya kira bahwa waktu segitu akan cukup untuk mengerjakan semua soal. Tapi nyatanya, yang terjadi justru sebaliknya. Saya tidak selesai mengerjakan semua soal yang ada. Ditambah lagi, soalnya lebih sulit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Saat waktu pengerjaan tes hampir berakhir, saya begitu kecewa pada diri saya karena tidak mampu menyelesaikan semuanya. Apalagi, bobot nilai teori lebih besar dibanding praktikum. Begitu juga dengan tes praktikum yang berlangsung keesokan harinya secara estafet. Tes praktikum dibagi menjadi dua sesi, kimia anorganik dan organik. Waktu pengerjaan tes kimia anorganik 3 jam dan kimia organik 2,5 jam. Saya juga tidak dapat menyelesaikan soal tes praktikum kimia anorganik, karena waktu yang tersedia benar-benar sempit. Namun, pada tes praktikum kimia organik, saya mampu menyelesaikannya. Hal ini kontan membuat saya sedikit lega. Tidak ada lagi beban. Lagipula, esoknya kami akan berwisata ke Benteng Rotterdam dan Taman Nasional Bantimurung.
Inilah sedikit cerita dari pengalaman saya hingga saya mendapatkan medali perunggu yang diumumkan pada tanggal 14 Agustus 2008. Sungguh berdebar hati saya ketika dewan juri mulai membacakan pemenang peraih medali pada ajang paling bergengsi ini. Akhirnya…..dengan rasa bangga dan syukur serta terharu…..saya mendengar nama saya disebut dan dipanggil untuk menerima medali perunggu dan mascot medali kota Makasar. Sungguh tak terkira, saya masih diberi kesempatan untuk maju ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti Pelatnas ICHO di Jakarta pada Oktober 2008 mendatang. Pada kesempatan ini, saya juga berterimakasih pada Ibu Elizabeth yang telah membimbing dan membina saya selama ini, juga kepada orangtua saya yang selalu mendukung dan mensupport saya baik dalam senang maupun susah. Juga kepada semua orang yang telah mendukung serta mendoakan saya.

Bagi teman-temanku semuanya khususnya calon-calon pemburu medali pada ajang olimpiade Sains Nasional tahun 2009 dan yang akan datang, berjuanglah….belajarlah dengan penuh semangat dan belajarlah keras…milikilah target dan kejarlah itu sampai engkau mendapatkannya….Akhirnya dengan berdoa dan bekerja…kiranya Tuhan memberkati usaha kita….AMIN… Terimakasih atas semuanya……..

BRAVO KIMIA…!!!!

Satu Komentar

  1. tari says:

    Ibu,,
    gimana dengan hasil OSN astronomi tingkat Kab. kemaren??
    siapa saja yang masuk???

- Copyright © 2015 Elizabeth's Blog - Powered by Blogger - Template by Djogz -