Posted by : ELIZABETH T
Sabtu, 06 Juni 2015
Selasa, 22 Mei 2015.
BERBURU ANIME FIGURE di SHINJUKU- TOKYO.
Elizabeth Tjahjadarmawan, S.Si,M.Pd- di Shinjuku - Tokyo
peserta Benchmarking Education Mei 2015-P2TK Dikmen-Kemendikbud 2015.
Setelah
selesai kunjungan kerja ke Kedutaan Besar RI di daerah Shinagawa-ku di Tokyo,
bus membawa rombongan menuju daerah Shinjuku di Tokyo. Kawasan ini adalah kawasan yang paling rame
di Tokyo, sering dijuluki the town never
sleeps in Tokyo. Kawasan perkantoran,
perdagangan, pertokoan, hiburan, dan juga perumahan ini nampak tidak pernah
istirahat dari keramaian baik siang dan malam apalagi dihiasi hiburan malamnya
yang menarik. Namun sepanjang mata
memandang, walaupun Shinjuku Tokyo adalah kota yang padat dan ramai, jalan-jalan
raya tetap bersih. Orang ramai berjalan dengan tertib dan budaya antri di
mana-mana. Jalan raya juga jauh lebih lengang ketimbang Jakarta. Mungkin karena
lebar jalan yang cukup luas. Mobil-mobil
yang melintas di sini terlihat bersih, bahkan bersih sekali sepertinya dilap
tiap hari. Padahal menurut local tour
guide kami Mr. Siu, memang karena di Jepang tidak ada debu! Artinya bersih. Oya, di sisi jalan tetap ada ruas jalan bagi
pengendara sepeda. Di Jepang, naik sepeda adalah hal yang banyak dijumpai sekalipun
di Shinjuku, sepeda diparkir rapi di depan toko-toko. Saya perhatikan ada yang dirantai, dikunci dan
ada juga yang diletakkan begitu saja.
Anehnya sepeda tetap aman dan hampir tidak pernah terjadi kehilangan di
sini.
Sepeda diparkir di area pertokoan Shinjuku - Tokyo.
Hal unik lainnya yang saya cermati
adalah saya jarang bertemu tempat sampah namun jalan tetap bersih. Ke
mana orang-orang membuang sampahnya ya?
Petugas sampah datang tepat waktu pada pagi hari sebelum aktivitas mulai
dan malam hari setelah aktivitas kota mulai sepi. Beda banget dengan di Indo
nesiaku. Alasan lain mungkin karena
membuang sampah sembarangan juga dikenai denda yang sangat mahal. Bahkan ada tarif khusus bagi toko-toko dan
kantor yang membuang sampah serta dihitung jumlah sampah yang akan dibuang
! Dengan demikian kesadaran membuang
sampah benar-benar ada dalam diri penduduk Jepang. Sampah-sampah pun dibuang menurut
kelompoknya. Ada sampah organik, anorganik, kertas, botol kaca, kaleng, besi,
dan lain-lain. Sampah pun wajib didaur ulang dengan aturan
undang-undang tertentu.
Sebelum
kami memasuki kawasan pertokoan, kami sempat berfoto bersama di depan Sensoji
Temple, kuil Budha yang tertua di Tokyo.
Sayangnya kami tidak sempat masuk kuil karena waktu sudah menunjukkan hampir
pukul 5 waktu jepang.
Sensoji Temple di Asakuza- Tokyo
Setelah itu saya
dan beberapa teman (Ibu Rini, Ibu Bethi, Ibu Sri, serta pak Ketua kami Bapak
Agus Huda) memasuki toko BIG CAMERA yang menjual aneka produk dari jam tangan,
elektronik, laptop, Hp, kamera, produk rumah tangga, kosmetik, fashion, hingga
permainan anak-anak. Toko dengan jumlah 7 lantai ini cukup ramai. Saya usahakan membeli pesanan putra saya
Gregoreo yaitu anime action figure. Putra saya memang gemar sekali menggambar
anime. Terus terang saya agak resah
karena sudah sekian toko kami jalani namun belum juga menemukan barang yang
dicari. Barang ini tidak dijual di
Indonesia. Tapi akhirnya beruntung saya mendapatkannya di toko BIG CAMERA. Terima kasih Pak Agus yang sudah menemani
saya mencari barang ini ke sana dan ke mari, keluar masuk toko dengan
bertanya-tanya kepada penjual sementara mereka kurang bisa berbahasa
Inggris. Semua tulisan di dinding pertokoan dan gedung-gedung adalah huruf kanji yang tidka semua saya mengerti. Alangkah sedihnya jika kita
mengunjungi Jepang namun buta huruf Kanji.
Upss untungnya masih tersisa dua buah. Lega rasanya bisa menemukan
barang yang saya cari sejak hari pertama di Jepang. Ini adalah pesanan anak saya Gregoreo Yesaya yang memang sangat suka menggambar anime. Semoga Grego menyukainya, dalam hati saya berkata.
Anime action figure yang saya beli di Shinjuku (harga sekitar 350 Yen per buah)
Saya menyadari bahwa mencari barang yang
hendak kita beli di negara orang tidaklah mudah apalagi local tour guide kami kurang memberi informasi yang lengkap. Setelah memilih warna merah dan kuning maka
saya segera menuju kasir. Karena uang
Yen saya tidak cukup maka saya membayarnya dengan US dollar. Di Jepang hanya menerima transaksi dengan mata
uang Yen dan US dollar. Jadi kawan-kawan
yang hendak berbelanja di Jepang cukup bawa US Dollar. Tidak perlu kuatir karena mesin chasier akan mengkonversi mata uang US
Dollar ke Yen dan sebaliknya dengan akurat, sesuai dengan kurs mata uang pada saat
itu. Pak Agus Huda sempat memperkenalkan
bahasa Indonesia kepada petugas kasir toko yang ramah. “terima kasih is arigatou..” kata Pak Agus.
Pertokoan di Shinjuku - Tokyo Mei 2015
Suatu sore di Pertokoan di Shinjuku - Tokyo Mei 2015
Pertokoan di Shinjuku - Tokyo
Pertokoan di Shinjuku - Tokyo Mei 2015
Polisi di Pertokoan di Shinjuku - Tokyo Mei 2015
Bus dan mobil di Jepang-semuanya bersih dan mengkilat.
Sekali
lagi terima kasih ya Pak Agus Huda di Jatim, sering kali kita tidak menyadari bahwa
pertolongan kecil kepada sesama kita yang mungkin kelihatannya sangat sepele ternyata
membawa berkah dan manfaat yang luar biasa bagi orang yang kita tolong. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan Pak
Agus Huda dan keluarga. AMIN...
Posting Komentar