- Home >
- Peningkatan Daya Saing, Kembangkan Kecakapan Hidup Bagi Siswa
PENINGKATAN DAYA SAING, KEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP BAGI SISWA
(SMA XAVERIUS 1 JAMBI BORONG PIALA LOMBA OLIMPIADE MIPA UNJA 2009)
Ada Apa dengan Daya Saing?
Era globalisasi di abad ke-21 ini menimbulkan berbagai polemik terutama bagi negara-negara yang belum siap menghadapi persaingan era perdagangan bebas saat ini. Suatu surat kabar pernah menyebutkan ketua umum KADIN Indonesia MS Hidayat tak habis pikir bagaimana baju batik produk andalan Indonesia justru bisa diproduksi China secara massal dan membanjiri pasar dalam negeri. Masyarakat lebih tertarik dengan harga batik China yang lebih murah dan kualitas yang tak jauh berbeda dengan buatan perajin lokal. Kasus batik ini seharusnya menjadi pelajaran bagi banyak pihak di negeri ini. Jika batik yang merupakan produk ciri khas budaya Indonesia bisa diproduksi negara asing, bagaimana dengan komoditas lain? Bukti lain menunjukkan kurangnya potensi Nasional yang tercermin dalam kerjasama economic partnership agreement (EPA) yang ternyata komoditi ekspor buah-buahan Indonesia ke Jepang masih didominasi pisang dan nenas, padahal begitu banyak ragam buah-buahan yang melimpah di seantero negeri ini. Bagaimanakah menjawab polemik bahwa daya saing produk Indonesia tengah mengalami penurunan? Bukankah hal ini terkait dengan kurangnya daya saing sumber daya manusia Indonesia. Salah satu bukti menyatakan bahwa berdasarkan laporan The Global Competitiveness Report 2007-2008, Indonesia hanya mampu menduduki peringkat ke-54 dari 136 negara yang disurvei untuk menentukan peringkat daya saing global. Sumber lain dalam catatan IMD World Competitivenes Yearbook 2008, Indonesia berada di peringkat terendah dalam tingkat persaingan global. Dari 55 negara, Indonesia hanya menempati urutan ke-51. Meskipun mencatat kenaikan dari tahun sebelumnya (peringkat ke-54), posisi Indonesia masih terendah dibandingkan negara-negara ASEAN lain sekalipun. Singapura menduduki posisi kedua di bawah Amerika Serikat, Malaysia di urutan ke-19, Thailand urutan ke-27, dan Filipina berada di urutan ke-40.
Peran Dunia Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Kualitas SDM
Globalisasi memang tidak bisa dihindari. Dimulai dari globalisasi di tingkat regional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 antara Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Phillipina, dan berlanjut hingga antar Blok –Blok Perekonomian Dunia (MEE, AFTA, NAFTA, MEA), maka dampak globalisasi memacu dunia pendidikan untuk berperan utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menjawab tantangan ini, tujuan pembelajaran harus mengacu pada kebutuhan pengguna yaitu kebutuhan masyarakat dan industri. Kesenjangan yang selama ini terjadi antara dunia pendidikan dan kebutuhan dunia kerja sudah saatnya diminimalisasi. Hasil dari proses pembelajaran tidak hanya cukup membuat siswa menguasai ilmu pengetahuan ( transfer knowledge) tetapi juga bagaimana memanfaatkan dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan tersebut untuk mengatasi berbagai problema hidup setelah terjun dalam masyarakat. Dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dipelajari di sekolah untuk bermasyarakat dan meningkatkan taraf hidup perlu didukung kemampuan bersosialisasi, bersikap, dan berpikir di samping kemampuan akademik dan vokasional. Suatu sumber Tim Broad Based Education (Tim BBE, 2002) menyatakan perlunya siswa memiliki kecakapan hidup (life skill) yang terdiri dari: (1) kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking skill); (2) kecakapan sosial ( social skill); (3) kecakapan akademik (academic skill); (4) kecakapan vokasional (vokasional skill). Menurut Dalin dan Rust (1996) menyatakan bahwa kecakapan hidup terdiri dari: (1) communication skills, (2) numeracy skills, (3) information skills, (4) problem solving skills, (5) self management and competitive skills, (6) social dan co-operation skills, (7) physical skills dan (8) work and study skills, serta (9) attitude and values. Di pihak lain, persyaratan yang ditetapkan oleh industri dalam merekrut tenaga kerja yang dibutuhkannya yaitu siswa dituntut memiliki keterampilan berpikir dan keterampilan sosial dalam menjawab tantangan dunia kerja antara lain bagaimana siswa mampu berkomunikasi dengan baik, dapat bekerjasama dalam kelompok, memiliki jiwa kepemimpinan, mampu menyelesaikan tugas dalam batas dead line, pekerja keras, mampu memotivasi diri sendiri, memiliki sikap positif, dinamis, serta berani menghadapi tantangan. Di samping itu, keterampilan berpikir seperti berpikir kritis, analitis, strategis, sistematis, kreatif, proaktif, kemampuan menyelesaikan masalah, dan inovatif juga merupakan kebutuhan dunia kerja terhadap kualitas SDM.
Kaitannya dengan Event Kompetisi
Berdasarkan pengertian kecakapan hidup di atas maka ukuran kualitas SDM dapat ditinjau dari seberapa banyak mereka memiliki keunggulan dari aspek kecakapan hidup tersebut. Oleh karena itu, sistem pendidikan dan pola pembelajaran di kelas harus dilaksanakan dengan pendekatan kecakapan hidup. Apakah kecakapan hidup? Menurut Tim BBE Depdiknas, 2001: (9),kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Untuk mengakomodir hal ini maka setiap mata pelajaran seharusnya terintegrasi aspek kecakapan hidup yang tidak perlu mengubah kurikulum atau memunculkan mata pelajaran baru. Artinya bahwa pendidikan kecakapan hidup tidak tertuang secara eksplisit dalam kurikulum (hanya sebagai substansi non instruksional) dan bukan sebuah materi pelajaran yang memiliki silabi atau buku referensi. Implementasinya adalah bagaimana guru sebagai agent of change dalam proses pembelajaran hendaknya kaya dalam strategi demi menghasilkan kualitas pendidikan yang unggul dan daya saing bangsa di era global. Salah satu contoh kontribusi untuk mencapai tujuan ini adalah SMA Xaverius 1 Jambi yang selama ini selalu aktif dalam mengikutsertakan peserta didiknya dalam berbagai event lomba. Pada tanggal 27-28 April 2009, SMA Xaverius 1 Jambi berhasil memborong piala lomba Olimpiade MIPA yang diadakan oleh HMJ PMIPA FKIP Universitas Jambi. Acara lomba yang digelar di Balairung Kampus Unja Telanai ini diikuti oleh berbagai SMA se-Propinsi Jambi dan mengambil tema “Melalui Olimpiade MIPA, ciptakan pribadi yang berkualitas yang berorientasi Sains”. Pada kesempatan kali ini, khususnya bidang lomba Olimpiade Kimia berhasil meraih juara ke-1 (atas nama Welsen Destifen), juara ke-2 (Martha Gamal), dan juara ke-3 (Leonardus) di bawah bimbingan Ibu Elizabeth T. Adapun bidang studi lainnya adalah matematika, fisika, dan biologi yang juga berhasil meraih prestasi.
Melalui berbagai event lomba atau kompetisi, peserta didik secara tidak langsung akan belajar bagaimana mengenal kemampuan diri dan menggunakannya. Bagaimana penilaian dirinya tehadap kemampuan yang ia miliki dibandingkan orang lain, serta menggunakannya dengan maksimal agar mencapai target yang ia harapkan. Peserta didik belajar berkomunikasi, bersosialisasi, ketika menghadapi banyak orang di sekitarnya atau berhadapan dengan lawannya termasuk mengolah emosi ketika mendapat kemenangan bahkan kekalahan sekalipun. Dalam kompetisi, peserta didik akan melatih kemampuan akademiknya, di samping strategi berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif dalam mencapai tujuan. Kemampuan memecahkan masalah, kemandirian, berani menerima tantangan, memotivasi diri dan manajemen diri akan tumbuh ketika sedang menghadapi kompetisi. Demikian juga rasa percaya diri, sikap positif pun akan tumbuh ketika peserta didik berhasil meraih target atau menjadi pemenang dalam kompetisi tersebut. Dengan memberi kesempatan dan fasilitas yang memadai termasuk mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti berbagai kompetisi di berbagai bidang lomba, secara tidak langsung guru turut berpartisipasi dalam membekali peserta didik dengan pendidikan kecakapan hidup. Sadarkah kita?
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa daya saing bangsa memang ditentukan oleh kualitas SDMnya. Kualitas SDM dapat diukur dari aspek-aspek kecakapan hidup. Salah satu caranya adalah bagaimana memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berani berkompetisi demi meningkatkan daya saing. Kompetisi meningkatkan kemandirian karena peserta didik dilatih agar mempunyai karakter independen dan keberanian serta menumbuhkan kecakapan hidup. Bangsa yang mampu bertahan, berperan, dan bersaing di era global saat ini adalah bangsa yang memiliki keunggulan kompetitif dan dunia pendidikan memiliki kontribusi besar bagaimana menghasilkan lulusan yang berdaya saing global sebagaimana tuntutan skenario globalisasi, minimal ditingkat ASEAN pada tahun 2015 mendatang. Maju, dunia pendidikan di Indonesia. Bravo!
Posting Komentar